- sastra -

23.51 Edit This 0 Comments »

Lantunan Lirih Cinta Sang Mujahiddah


Pagi itu ketika hendak pergi ke kampus, seperti biasa ku menuju kamar kak Sarah untuk berpamitan. Tapi, pagi ini begitu berbeda, kamar yang biasanya tertata rapi,kini berantakan dan terdapat begitu banyak lembaran kertas yang berserakan dimana-mana. Di atas ranjang ku dapati kak Sarah yang masih mengenakan mukena,tertidur sambil menggenggam mushaf kecilnya. Ku perhatikan lebih seksama, matanya sembab. “Ada apa dengan kak Sarah?”, tanyaku dalam hati. Dalam keadaan keheranan ku kemudian membantu merapikan kamar kak Sarah dan mengumpulkan satu per satu lembaran kertas yang berserakan. Hatiku terbetik penuh tanya, melihat coretan-coretan yang ada di kertas itu. Ada agenda kegiatan harian,mingguan,hingga tahunan kak Sarah, ada lembaran – lembaran taujih yang biasa dikumpulkannya ketika rapat rohis di kampusnya dulu.”mengapa ini dibiarkan bersebaran dimana-mana?, ada apa dengan kakakku?”.Ini bukanlah kebiasaannya. Pasti telah terjadi sesuatu.
            Kemudian pandanganku selanjutnya tertuju pada selembar kertas di atas meja belajar kak Sarah. Tulisannya sedikit luntur karena basah.Mungkin karena air minum yang tumpah, atau……butirannya bulat pecah.Tak salah lagi ini basah karena deraian air mata.Dengan penuh waspada ku pun mulai membacanya.Hatiku berdegup kencang,semoga ini bukanlah hal yang buruk.Karena ku hanya ingin tahu, mungkin ada yang bisa ku lakukan untuk membantu kak Sarah.Perlahan ku baca.Dan tiap katanya sungguh membuatku terpana,…apa benar ini adalah buah tulisan tangan kakakku Sarah Nabila?
“Ampuni hamba ya Rahman…. Ampuni hamba ya Rahim…..
Ya Allah…. Ya Allah…..
Astagfirullahal’adzim……
Aku berlindung padaMu ya Rabb atas kezholiman diriku sendiri….
Bantulah hamba meluruskan cinta ini ya Rahim….
Astagfirullah….
Astagfirullah….
Astagfirullahal’a’dzim….
Jangan sampai harapan hamba mendahului ketetapanMu ya Rabb…
Peliharalah hati ini…..
Dekap hamba sekuat-kuatnya…
Hingga hati ini tak lagi gemetar…”

            “Cinta,…kak Sarah jatuh cinta?pada siapa?lalu siapa yang tega menyakitinya? hingga ia menjadi seperti ini? mengapa?....”beribu pertanyaan pun muncul dibenakku. Tak mungkin ku meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Kak Sarah butuh aku, aku yakin ia butuh aku.Aku pun menatap kak Sarah dalam-dalam,berharap ia segera bangun dan menceritakan apa yang ia rasakan padaku.Setidaknya dengan begitu bisa meringankan bebannya.
            Usai merapikan kamar kak Sarah, ku pun mencoba mengambil mushaf yang digenggamnya.Jarinya menyelip pada sebuah halaman surat yang mungkin tadi dibacanya. Ku tarik perlahan, dan terpampang surat Ar-rahman di hadapanku. “Begitu sakitkah kak?,..huft…..” ku hanya bisa menghela nafas panjang.
***
            Sejak setahun yang lalu aku dan kak Sarah menempati rumah peninggalan nenek ini. Karena orang tua kami harus dipanggil Sang Khalik dalam sebuah kecelakaan maut yang benar-benar membuatku terguncang. Sebuah kenyataan pahit yang belum bisa ku terima sepenuhnya.Walau ku tahu bahwa apa pun yang terjadi adalah kehendak Sang Maha Penguasa,Allah Azza wa jalla.Sejak hari itu, kak Sarah lah yang menggantikan posisi orang tua sekaligus menjadi kakak bagiku.Ia sangat tegar menghadapi ini semua, ia selalu ada untuk menenangkanku kala ku ingat masa-masa bersama orang tua kami.Kak Sarah memutuskan untuk berhenti kuliah, agar bisa bekerja untuk menafkahi kehidupan kami sehari-hari dan membayar uang kuliahku.Sebenarnya aku malu sekali pada kak Sarah, tak seharusnya ia berkorban seperti ini.Tetapi amanah itu memang kini berada dipundaknya,ia bahkan tidak mau aku ikut behenti kuliah.Ia sangat berharap ku bisa kuliah setinggi-tingginya seperti cita-cita orang tua kami dahulu.
            Dengan segala yang telah kak Sarah lakukan untukku,rasanya tak rela bila harus melihatnya seperti ini. Begitu galaukah hatinya? ”bangunlah kak,..cepat ceritakan padaku.”
 ***

>> bersambung............